Bukaindicator cook dan mesin di blow up. Putar ( torn ) mesin induk dengan turning gear, selama ± 5 menit sambil lakukan pelumasan. Matikan semua peralatan yang tidak diperlukan selama kapal berlabuh jangkar. Pada saat kapal berlayar maka tiba-tiba diesel motor induk mati /
PROGRAMSTUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2009. BAHAN AJAR HMKK325 MEKANIKA FLUIDA I AERODYNAMICS yang menyangkut perencanaan kapal terbang dan kapal laut. Perlu diingat, istilah FLUIDA didalam MEKANIKA FLUIDA Sistem bahan bakar dan pelumasan. SHOCK ABSORBER hidrolik.
denganpelumasan air ini menempel Gambar. 2 Bagian sistem poros propeller Pada dasarnya ssistem poros baling-baling dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sistem poros baling-baling dengan pelumasan air laut dan sistem poros baling-baling dengan pelumasan minyak. Daya Poros (PS) adalah daya yang terukur hingga daerah di depan
Kasenangannyetir. Nyupiran kasenangan dina kapal bmw anyar x6 dijamin ku sistem Roda opat anu tiasa mindahkeun sadaya daya tarik kana roda tukang nalika henteu diperyogikeun roda opat drive.. kalawan hal pikeun pilihan kami mendakan kendali éléktronik tina konci diferensial poros tukang, gantung hawa dua poros sareng leveling otomatis otomatis
Gambar2.4 Siklus Ideal mesin diesel Mesin siklus diesel empat langkah mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Langkah hisap atau pemuatan. Pada langkah ini, katup masuk (I) terbuka dan udara murni disedot ke dalam silinder ketika piston bergerak turun dari TMA ke TMB seperti yang diperlihatkan gambar 2.5a. 2. Langkah Kompresi.
12April 2016. Sistem Pelumasan Motor Diesel Dan Komponen Pendukungnya â istem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli ( oil pump ), pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas agar sampai kepada bagian-bagian yang
. Mesin diesel sebagai mesin utama di kapal dapat berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baik pula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistem bahan bakar fuel oil system, sistem pelumasan minyak lubricating oil system, sistem pendingin cooling system dan sistem udara start starting air system. Semua sistem tersebut memiliki fungsi serta peran yang sangat penting bagi operasional motor induk, hal ini dikarenakan apabila terjadi kerusakan pada salah satu sistem penunjangnya, motor induk pasti akan mengalami masalah dan mungkin motor induk tidak dapat beroperasi dengan baik. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu analisa terhadap kerusakan suatu komponen dari sistem dikapal. Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisa kegagalan sistem pelumasan di kapal dan pemilihan metode parawatan motor induk di kapal menggunakan Failure Mode and Effect Analysis FMEA dalam rangka menunjang kelancaran transportasi laut. Dengan menggunakan FMEA Worksheet metode kegagalan serta effect yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponen dapat diketahui. Selanjutnya dengan melakukan analisa menggunakan risk matrik dapat diketahui tingkat kekritisan dari masing-masing komponen tersebut. Dari analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa lubricating oil tank dan sump tank memiliki rating risk yang rendah, kemudian lubricating oil cooler memiliki nilai rating mayor dan lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump serta lubricating purifier heater memiliki nilai rating risk yang sama yakni high risk. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, metode perawatan yang sesuai adalah preventive maintenance dan corrective maintenance. Diharapkan dengan adanya pemilihan metode perawatan yang tepat dapat mendukung kelancaran dari operasi transportasi laut di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan ....MOHMMAD DANIL ARIFIN, FANNY OCTAVIANI, THERESIA D. NOVITA Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan dan Pemilihan Metode PerawatanM/E di Kapal Menggunakan Metode FMEA Dalam Rangka MenunjangOperasi Transportasi Laut di IndonesiaFailure Analysis of Lubricating System and Selection of MaintenanceMethods for M/E using FMEA In Order to Support Marine TransportationOperation in Indonesia Mohammad Danil Arifin , Fanny Octaviani, Theresiana. D. NovitaTeknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada, Jakartae-mail diterima 04 Februari 2015, diedit 16 Februari 2015, dan disetujui terbit 26 Maret 2015ABSTRAKMesin diesel sebagai mesin utama di kapal dapat berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh sistem-sistem pendukungyang baik pula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistem bahan bakar fuel oil system, sistem pelumasan minyaklubricating oil system, sistem pendingin cooling system dan sistem udara start starting air system. Semua sistemtersebut memiliki fungsi serta peran yang sangat penting bagi operasional motor induk, hal ini dikarenakan apabilaterjadi kerusakan pada salah satu sistem penunjangnya, motor induk pasti akan mengalami masalah dan mungkin motorinduk tidak dapat beroperasi dengan baik. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu analisa terhadap kerusakansuatu komponen dari sistem dikapal. Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisa kegagalan sistem pelumasan dikapal dan pemilihan metode parawatan motor induk di kapal menggunakan Failure Mode and Effect Analysis FMEAdalam rangka menunjang kelancaran transportasi laut. Dengan menggunakan FMEA Worksheet metode kegagalan sertaeffect yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponen dapat diketahui. Selanjutnya dengan melakukan analisa menggunakanrisk matrik dapat diketahui tingkat kekritisan dari masing-masing komponen tersebut. Dari analisa yang telah dilakukandiketahui bahwa lubricating oil tank dan sump tank memiliki rating risk yang rendah, kemudian lubricating oil coolermemiliki nilai rating mayor dan lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump serta lubricating purifierheater memiliki nilai rating risk yang sama yakni high risk. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, metode perawatanyang sesuai adalah preventive maintenance dan corrective maintenance. Diharapkan dengan adanya pemilihan metodeperawatan yang tepat dapat mendukung kelancaran dari operasi transportasi laut di kunci Kegagalan, Sisitem Pelumasan, Pemilihan Metode, Perawatan M/E kapal, Metode performance of diesel engine as a main engine on board have a correlation with the condition of supportingsystem. All of supporting system such as fuel oil system, lubricating oil system, cooling system and starting air systemare have a major function to support the operation of main engine on board, because if the support system can not beoperate properly it will give an impact to the performance of main engine. It is also possible to make main engine asa prime mover on board can not be operated because of the failure in component of supporting system. Therefore, itis necessary to make an analysis about the failure mode from each component and make a decision about themaintenance methods to make sure about the condition of each component still in a good state. The aims of thisresearch is to analyze the failure of component system on board using the Failure Mode and Effect Analysis FMEAmethods in order to support marine transportation in Indonesia. By using FMEA Worksheet, failure mode and effectfrom each component of lubricating system to main engine was detected. Result from this research shown that ratingrisk for lubricating oil tank and sump tank is LOW, rating risk for lubricating oil cooler is MAJOR, and then ratingrisk for lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump and lubricating purifier heater is on the result of the analysis the appropriate maintenance methods for this system are preventive maintenanceand corrective maintenance. Hopefully the result of this research could give the information of failure mode, andselection of maintenance methods to support the marine transportation operation in Failure , Sisitem lubrication , Method Selection , Care M / E Ship , FMEA Method Maret 2015 1-6PENDAHULUANMesin diesel sebagai motor induk Main En-gine di kapal dapat berfungsi dengan baik apabiladitunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baikpula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistembahan bakar fuel oil system, sistem pelumasanminyak lubricating oil system, sistem pendingincooling system dan sistem udara start startingair system [1]. Semua sistem tersebut memilikifungsi serta peran yang sangat penting bagioperasional motor induk, hal ini dikarenakan apabilaterjadi kerusaka n pada sa lah satu sis tempenunjangnya, maka dapat mempengaruhi kinerjamotor induk secara keseluruhan. Kegagalan fail-ure yang terjadi pada salah satu komponen dapatmenimbulkan suatu kegagalan yang sifatnya merusakkeseluruhan fungsi kapal dan pada akhirnya akanmengakibatkan kerugian besar dan ini menjadi resikoyang pasti dialami oleh suatu sistem. Oleh karenaitu, kita perlu menganalisa resiko kegagalan yangbiasa dialami oleh suatu sistem atau komponen dalamhal ini adalah komponen sistem pelumasan motorinduk di dan perbaikan merupakan hal yangterpenting dalam memprediksi prilaku dari suatusistem pada masa yang akan datang serta efek yangakan ditimbulkan terhadap komponen lain apabilakomponen tersebut prilaku dari suatu sistem padamasa yang akan datang serta efek yang akandit imbulka n terhadap komponen lain apabilakomponen tersebut gagal beroperasi. Berdasarkanpada pertimbangan diatas, penulis memandang perludilakukan sebuah analisa kegagalan sistem pelumasdan pemilihan metode perawatan motor induk di kapaldengan menggunakan Failure Mode and EffectAnalysis FMEA yakni analisa yang cenderungmengacu kepada efek yang akan ditimbulkan olehsuatu komponen terhadap komponen lain apabilakomponen tersebut gagal beroperasi. Maksud dantujuan penulisan penelitian ini adalah Mengetahuikegagalan-kegagalan komponen sistem pelumasanmotor indu k di kapal mengguna kan FMEA;Mengetahui pengaruh-pengaruh kegagalan padasetiap komponen sistem pelumasan pada motor indukdi kapal; Mengetahui metode perawatan yang sesuaiuntuk sistem pelumasan di yang akan dibahas adalah sebagai berikutBagaimana karakteristik kegagalan sistem pelumasandi kapal menggunakan Failure Mode and EffectAnalysis FMEA; Bagaimana pengaruh kegagalanpada setiap komponen sistem pelumasan pada mo-tor induk di kapal; Bagaimana metode perawatanyang digunakan untuk menjaga komponen padamotor induk di Untuk penyelesaian penelitian terkait dengandata dan pentahapan pekerjaan dapat dilihat lebihrinci pada diagram alur pada gambar 1 berikutGambar 1. Metodologi atau Diagram Alur Penelitian 3Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan ....MOHMMAD DANIL ARIFIN, FANNY OCTAVIANI, THERESIA D. NOVITASistem Pelumasan Kapal, dalam pelaksanaanyamesin diesel sebagai motor induk main engine dikapal akan dapat berfungsi dengan baik apabiladitunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baikpula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistembahan bakar fuel oil system, sistem pelumasanminyak lubricating oil system, sistem pendingincooling system dan sistem udara start startingair system. Semua sistem tersebut memiliki fungsiserta peran yang sangat penting bagi operasionalmotor induk, hal ini dikarenakan apabila terjadikerusakan pada salah satu sistem penunjangnya,motor induk pasti akan mengalami masalah danmungkin motor induk tidak dapat beroperasi denganbaik. Sebagai contoh. sistem pelumasan mesin yangberfungs i seba gai penyuplai minyak pelumaskebagian mesin yang perlu dilumasi mengalamimasalah maka bagian engine yang kurang pelumasakan cepat aus serta dikhawatirkan motor induk tidakmampu menahan panas yang ditimbulkan oleh kerjamot or indu k ter sebut sehingga ha l ini dapa tmengganggu kinerja dari motor induk dikapal [2].Gambar 2. Instalasi sistem penunjang motor induk di kapal Minyak pelumas pada suatu sistem permesinanberfungsi untuk memperkecil gesekan-gesekan padapermukaan komponen-komponen yang bergerak danbersinggungan. Selain itu minyak pelumas jugaberfungsi sebagai fluida pendinginan pada beberapamotor. Karena dalam hal ini motor diesel yangdiguna kan termasuk dalam jenis motor dengankapasitas pelumasan yang besar, maka sistempelumasan untuk bagian-bagian atau mekanis motordibantu dengan pompa pelumas. Sistem ini digunakanuntuk mendinginkan dan melumasi engine bearingdan mendinginkan piston [3].Prinsip Kerja, Minyak pelumas dihisap dari lu-bricating oil sump tank oleh pompa bertipe screwatau sentrifugal melalui suction filter dan dialirkanmenuju main diesel engine melalui second filter danlubricating oil cooler. Temperature oil keluar daricooler secara otomatis dikontrol pada level konstanyang ditentukan untuk memperoleh viskositas yangsesuai dengan yang diinginkan pada inlet main dieselengine. Kemudian lubricating oil dialirkan ke mainengine bearing dan juga dialirkan kembali ke lu-bricating oil sump tank [4].Pendekatan yang tepatsebagai solusi bagaimana bila terjadi kegagalanpelaksanaanya, yaitu menggunakan metode, FMEAmerupakan suatu analisa yang dilakukan denganmemeriksa komponen komponen dari tingkat rendahdan meneruskannya ke sistem yang merupakantingkatan yang lebih tinggi serta mempertimbangkankegagalan sistem sebagai hasil dari semua bentukkegagalan. Disamping itu FMEA merupakan salahsa t u bentuk analisa kegaga lan serta dampa kkegagalan yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponenpada sistem. Hasil dari analisa FMEA dapat dibuatsedetail mungkin, hal ini bergantung dari informasiyang akan dibutuhkan serta informasi yang diperolehuntuk DAN ANALISISDa r i data kapal berikut dapa t diper olehsp esif ikasi identit a s ka pa l, s ehingga dalampemeriksaa n komp onen lebih muda h gunamengetahui jenis motor dan kapasitas terjadi kegagalan dalam pelaksanaanyaperanan FMEAdalam menganalisa. Maret 2015 1-6 Sistem pelumasan Lubricating Oil Sys-tem di kapal terdiri dari beberapa komponen berikutini antara lainTabel 1 . Data Spesifikasi Tug Boat TITAN 03 N0 Identifikasi Keterangan 2 LPP 25,13 Meter 3 LWL 27,15 Meter 5 Sarat Air 3,35 Meter 6 Kecepatan 10 Knot 8 kW / 759 / 1406 Buatan Tahun 2010 - Indonesi a Sumber Tug Boat TITAN 03 Tabel 2. Fungsi Komponen Sistem Pelumas N0 Nama Komponen Fungsi 1 Lubricating oil tank Berfungsi sebagai tempat penyimpanan Lubricating Oil 2 Lubricating oil pump Berfungsi untuk mengalirkan minyak pelumas dari Lubricating Oil tank ke komponen-komponen motor induk. 3 Lubricating oil cooler Berfungsi untuk menurunkan temperature minyak pelumas. 4 Lubricating oil filter Berfungsi untuk menyaring partikel kasar yang ada pada lubricating oil 5 Sump tank Berfungsi sebagai tempat penampungtelah dipakai oleh motor induk 6 Purifier Berfungsi untuk memisahkan minyak pelumas dari air dan kotoran. 7 Transfer Pump Berfungsi untuk mengalirkan minyak pelumas dari sump tank ke service tank 8 Lubricating Purifier Heater Berfungsi untuk meningkatkan temperature serta viskositas minyak pelumas. kegagalan dari masing-masing komponen tersebut dilakukan dengan menggunakantabel Failure Mode And Effects Analysis MIL-STD 1629A, berdasarkan FMEA worksheet analysisdidapatkan nilai konsekwensi atau dampak yangditimbulkan oleh masing-masing komponen pada tabel 3HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwaterdapat 5 komponen yang memiliki konsekwensiyang tinggi, 1 komponen dengan konsekwensi sedangdan 2 komponen memiliki konsekwensi yang untuk mengetahui resiko dari setiapkomponen maka diperlukan adanya penentuan resikomenggunakan risk matrik [7]. Risk matrik untukTabel 3. Tabel Konsekwensi Berdasarkan FMEA Worksheet No Nama Komponen Consequence o Major, would threaten fungtional goals/objectives o Moderate, necessitatin g significant adjustment to ove rall fun ction o Negli gible, lower consequence 1 Lub Oil Tank Negligible 2 LO. Pump Major 3 LO. Cooler Moderate 4 LO. Filter Major 5 6 Purifier Major 7 Transfer. Pump Major 8 Lubricating Purifier Heater Major analisa ini merupakan matrik 5x5 yang terdiri daribeberapa komponen yaitu kemungkinan terjadinyakecelakaan atau frekuensi, dampak yang ditimbulkanatau severity atau consequence serta dibagiantengah yang merupakan perpotongan keduanya yangmerupakan level dari resiko, ditandai dengan warnayang berbeda dimana L= Low risk, M= Mediumrisk, H= High risk dan E= Extreme Risk. Untukmengetahui level suatu resiko dari matrik diatasada lah dengan mengetahui frekuensi dankonsekuensinya terlebih dahulu. Kemudian duakomponen ini ditarik secara mendatar dan vertical,La ngkah sela njuta nya adala h melakuka nidentifikasi terhadap masing-masing komponen darisistem pelumasan. Dimana identifikasi tersebutmeliputi fungsi, mode kegaga lan yang melakukan analisa terhadap dampak yangdapat ditimbulkan karena adanya kegagalan sistemdimana dibagi menjadi 3 bagian yaitu local effect,next higher effect dan end effect. Berdasarkan ataskegagalan yang terjadi dan dampak yang akandiberikan kemudian terdapat penjelasan mengenaisolusi atau cara yang digunakan untuk mngatasi 5Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan ....MOHMMAD DANIL ARIFIN, FANNY OCTAVIANI, THERESIA D. NOVITAperpotongan antara keduanya merupakan level dariresiko. Perhitungan dari nilai resiko adalah sebagaiberikut Berdasarkan data yang telah didapatkan dilapangan diketahui frekuensi kegagalan sistempelumasan adalah sebagai berikutResiko = Likelihood x Consequence pelumasan di kapal [5].Identifikasi yang t elah dilakuka n b a ikmenggunakan worksheet FMEA dan risk matrikmaka diketahui tingkat kekritisan dari masing-masingkomponen dimana 1 untuk komponen lubricatingoil tank dan sump tank memiliki rating risk yangrendah; 2 kemudian untuk komponen lubricatingoil cooler memiliki nilai rating mayor; 3 untukTabel 5. Level Risk Komponen Sumber Data diolah NO Nama Komponen Likelihood Consequence Level 1. Lub Oil Tank Unlikely Negligible L 2. LO. Pump Possible Major H 3. LO. Cooler Possible Moderate M 4. LO. Filter Possible Major H 5. Sump Tank Unlikely Negligibel L 6. Purifier Possible Major H 7. Transfer. Pump Possible Major H 8. Lubricating Purifier Heater Possible Major H Tabel 6. Risk Matrik Lubricating Oil System Likelihood Consequences Negligible Minor Moderate Major Severe Almost certain M H H E E Likely M M H H E Possible L M 3 2 , 4, 6, 7, 8 E Unlikely 1, 5 M M M H Rare L L M M H Sumber Data diolah Tabel 4. Ta bel Frekuensi Kegagalan Komponen umber data diolah NO Nama Komponen Likelihood o Unlikely,not expected to occur o Possible, could occur at some time Possible Pump Possible Dengan mengetahui masing-masingkonsekwensi dan frekuensi kegagalan yang terjadidari tiap-tiap komponen sistem pelumasan makadapat dengan mudah melakukan penilaian resiko yangnantinya dapat dijadikan sebagai acuan didalampemilihan metode perawatan yang sesuai denganmode kegagalan dari komponen sistem pelumasandi kapal. Berikut hasil penilaian risk matrik dari sistemkomponen lubricating oil pump, lubricating oilfilter, purifier, transfer pump dan lubricatingpurifier heater memiliki nilai rating risk yang samayakni high risk. Analisa yang telah dilakukan denganmenggunakan metode Failure Mode and EffectAnalysis FMEA maka dapat dilihat komponenmana saja yang membutuhkan prioritas yang tinggiuntuk kegiatan perawatan pada sistem pelumasan dikapal. Dari data tersebut dapat digunakan sebagai Maret 2015 1-6dasar untuk menyusun prioritas kegiatan perawatanyang lebih efektif dan efisien berdasarkan tingkatkekritisan dari komponen tersebut. Terdapat beberapastrategi perawatan yang dapat digunakan untukmelakukan evaluasi perawatan, yaitu a. Seb a iknya dibuat dan disusun suatumaintenance scheduling secara tepat danterencana terutama untuk komponen-komponendengan critical value yang tinggi yang dapatmempenga r u hi kiner ja sistem s Mengalokasikan tenaga maintenance untukmelakuka n kegiatan per a watan sec a r atepatuntuk komponen dengan tingkat kekritisanyang tinggi, sehingga tenaga maintenance dapatsecara effective digunakan untuk melakukankegiatan perawatan maintenancec. Menentuka n prioritas pekerjaan perawatanberda sa rkan tingkat kekritisan hal ini yang menjadi prioritas utamaadalah komponen dengan level resiko tinggi yaitudiantaranya adalah LO. Pump, LO. Filter,Purifier, Transfer Pump, Lubricating Mengidentifikasi kebut uha n su ku ca da ngterutama untuk komponen yang memiliki tingkatkekritisan yang tinggi agar apabila terjadikegagalan maka tidak sampai menggangguproses produksi Berdasarkan startegi perawatan tersebut diatasmetode perawatan yang sesuai adalah denganmelakukan perawatan pencegahan preventivema i n tenance dan per a watan kor ekt ifcorrective maintenance.KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian yang telahdilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulansebagai berikut Kegagalan failure yang terjadipada komponen dapat menimbulkan suatu kegagalanyang sifatnya merusak keseluruhan fungsi utama M/E; Komponen lubricating oil tank dan sump tankmemiliki rating risk yang rendah, kemudian untukkomponen lubricating oil cooler memiliki nilai rat-ing mayor dan untuk komponen lubricating oil pump,lubricating oil filter, purifier, transfer pump danlubricating purifier heater memiliki nilai rating riskyang sama yakni high risk. Artinya bahwa peralatandengan nilai high risk dapat memberi effect yangbesar terhadap kerja sistem secara keseluruhan;Hasil dari analisa kegagalan dan dampak kegagalankomponen terhadap sistem sangat berguna untukmengidentifikasi strategi perawatan, kriteria urutanprioritas untuk melakukan perawatan; Berdasarkanstrategi perawatan berdasarkan Failure Mode andEffect Analysis FMEA maka metode perawatanyang sesuai adalah preventive maintenance dancorrective maint enan ce; Dengan mengeta huikara kteristik kegagagalan dari masing-masingkomponen dari tiap-tiap sistem yang ada maka akandiharapkan pemilihan dari jenis perawatan yangditerapkan memberikan benefit terhadap perusahaanserta mampu mendukung kelancaran operasionaltransportasi laut di saran yang dapa t diberikan untukpengembangan dan perbandingan dari penelitian inidiantara nya adala h sebagai berikut Didal ampenentuan pemilihan metode perawatan terhadapsuatu sistem harus berdasarkan atas penilaian yangtela h dilakukan terhadap performa komponen-komponen suatu sistem; Data kegagalan dari tiap-tiap komponen dari setiap sistem di kapal harus selaludidokumentasikan dan disimpan sebagai acuandida la m mela kukan sua tu pemiliha n metodeperawatan yang TERIMA KASIHTerima kasih kepada Direktorat Penelitian danPengabdian Kepada Masyarakat Direktorat JenderalPendidika n Tinggi Kementrian Pendidikan danKebudayaan atas pendanaan yang telah diberikanuntuk melakukan penelitian mengenai âAnalisaKegagalan Sist em Pelu masan Dan PemilihanMetode Perawatan M/E Di Kapal MenggunakanMetode FMEA Dalam Rangka Menunjang OperasiTransportasi Laut di Indonesiaâ.DAFTAR PUSTAKA[1] Artana, K. 2006. Modul Kuliah Keandalan-Jurusan TeknikSistem Perkapalan FTK ITS. Surabaya;[2] I Putu Andhi Indira Kusuma 2010, Penjadwalan PerawatanSistem Penunjang Motor Induk Dengan Pemodelan DinamikaSistem, Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;[3] M. Agus Pangestu HW 2 007, Optimalisasi metodeperawatan pada sistem produksi gas di join operating bodyPertamina Petrochina East Java dengan Criticality Analysis,Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;[4] Mitsubishi Heavy Industries, LTD. Mitsubishi Marine DieselEngine;[5] M. Agus Pangestu HW 2 007, Optimalisasi metodeperawatan pada sistem produksi gas di join operating bodyPertamina Petrochina East Java dengan Criticality Analysis,Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;[6] OREDA-2002. 2002. Offshore Reliability Data. HovikDet Norske Veritas DNV;[7] Anda Iviana Juniani, ST, Risk Identification & Implementationof Risk Management Method at Fuel Oil System;[8] ___2009, Designing an Effective Risk , Matrix An ioMosaicCorporation Whitepape, diakses pada tanggal 21 Juni2014. ... Research involving failure and maintenance in the lubricating system has been done with Failure Mode and Effect Analysis method. Results of critical component analysis with the highest RPN include lubricating oil pump, filter, LO Cooler, and transfer pump [4][5][6]. The method was also used simultaneously with Weibull's distribution. ...... COMPONENT PERIODIC MAINTENANCE SCHEDULEInternational Journal of Marine Engineering Innovation and Research, Vol. 74,Dec. 2022. 300-310 pISSN 2541-5972, eISSN 2548-1479 ...... Kegagalan yang terjadi pada salah satu komponen dapat menyebabkan suatu kegagalan yang sifatnya merusak keseluruhan fungsi kapal dan pada akhirnya mengakibatkan kerugian besar dan resiko dari sebuah system [1]. Karena permasalahan tersebut perlu dilakukan analisa kegagalan yang bisa dialami sebuah komponen, dalam hal ini komponen yang akan dibahas adalah komponen dari sistem bahan bakar. ...Rega Gagana Erwin Asmara Dwisetiono DwisetionoKomponen utama mesin induk kapal salah satunya yaitu sistem bahan bakar. Kegagalan pada sistem bahan bakar dapat berakibat fatal pada mesin induk kapal. Oleh karna itu pembuatan analisa kegagalan sistem bahan bakar kapal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan pada sistem bahan bakar dengan menggunakan metode Preliminary Hazard Analysis PHA dan Fault Tree Analysis FTA. Metode PHA dadapat mengidentifikasi semua bahaya dan kejadian kecelakaan yang dapat menyebabkan terjadinya accident ataupun kegagalan, sedangkan metode FTA merupakan metode yang mendeteksi penyebab dan akibat sistem mengalami kegagalan yang disebabkan satu atau lebih komponen pendukungnya dan menjadikannya dalam bentruk diagram. Penggunaan metode PHA dan FTA menghasilkan beberapa komponen seperti transfer pump, separator, filter, dan booster pump mengalami kegagalan. Hasil dari analisa menunjukkan nilai MTTF sebesar 319,7 jam, 504,9 jam, 150,73 jam, dan 322,38 jam, dari data tersebut dapat diketahui bahwa komponen filter cepat mengalami kegagalan karena memiliki nilai MTTF yang rendah, sehingga perawatan dan penggantiannya harus lebih diperhatikan agar tidak mempengaruhi kinerja dari sistem bahan bakar.... Salah satu faktor pendukung untuk kelancaran jalannya mesin diesel yaitu sistem pelumas, kurangnya pelumasan pada mesin diesel ini akan berdampak gesekan antar bagian-bagian apabila hal ini terjadi maka akan menyebabkan gangguan pengoperasian kapal. Fungsi dari suatu sistem pelumasan adalah untuk menyediakan jumlah minyak pelumas yang cukup dan dingin serta bersih ke dalam mesin untuk mengadakan pelumasan yang efektif dan cukup terhadap semua bagian yang saling bergesekan dan bergerak yang terjadi di dalam mesin itu sendiri [2]. Setiap sistem tersebut memiliki fungsi serta fungsi yang sangat penting, apabila terjadi kegagalan pada salah satu sistem penunjangnya maka dapat mempengaruhi kinerja motor induk secara keseluruhan. ...Ratna Indriyani Dwisetiono DwisetionoMesin diesel sebagai mesin induk di kapal dapat berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baik seperti sistem pelumas lubricating oil system. Sistem pelumas salah satu sistem yang sangat penting dalam pengoperasian kapal, kegagalan pada sistem pelumasan menyebabkan sistem tidak beroperasi semestinya dan dapat mengalami kerugian dari pihak kapal. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kagagalan pada setiap komponen sistem pelumas di main engine dan perawatan yang tepat. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis FMEA untuk mengoptimalkan cara mengatasi kegagalan dan perawatan mesin utama kapal untuk mengidentifikasi strategi dan prioritas perawatan. Dengan menggunakan FMEA dapat mengetahui kegagalan serta efek yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponen dapat diketahui dan untuk melakukan perawatan harus mengelompokan komponen berdasarkan tingkat resiko rendah sampai tinggi. Komponen lubricating oil tank dan sump tank memiliki resiko yang rendah, lubricating oil cooler memiliki resiko sedang dan lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump dan lubricating purifier heater memiliki resiko tinggi. Hasil dari kegagalan komponen sistem pelumas sangat berguna untuk mengidentifikasi strategi perawatan berdasarkan tingkat resiko komponen tersebut dengan memilih antara perawatan pencegahan preventive maintenance dan perawatan korektif corrective maintenance.Modul Kuliah Keandalan-Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITSK ArtanaArtana, K. 2006. Modul Kuliah Keandalan-Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS. Surabaya;Penjadwalan Perawatan Sistem Penunjang Motor Induk Dengan Pemodelan Dinamika Sistem, Tugas AkhirI Putu Andhi Indira KusumaI Putu Andhi Indira Kusuma 2010, Penjadwalan Perawatan Sistem Penunjang Motor Induk Dengan Pemodelan Dinamika Sistem, Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;Risk Identification & Implementation of Risk Management Method at Fuel Oil SystemJuniani Anda IvianaAnda Iviana Juniani, ST, Risk Identification & Implementation of Risk Management Method at Fuel Oil System;Designing an Effective Risk___2009, Designing an Effective Risk, Matrix An ioMosaic Corporation Whitepape, whitepapers/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014.
ï»żPada system transmisi pada kapal sebenarnya adalah suatu system dimana daya yang dikeluarkan dari mesin utama prime mover supaya dapat digunakan untuk menggerakkan suatu kapal dengan thrust yang sesuai dengan diharapkan, dan untuk memindahkan daya dari prime mover tersebut maka dibutuhkan suatu system transmisi pada kapal. Transmission system pada suatu kapal terdiri atas berbagai macam komponen dimana komponen tersebut nantinya akan saling berhubungan satu dengan yang lain, komponen komponen tersebut seperti shafting, coupling atau clutch , gearbox dan bearings. Komponen komponen tersebut memiliki peranan masing masing pada system transmisi pada suatu kapal. Perlakuan pada setiap komponen harus diperhatikan dengan detail supaya transmisi daya yang dihasilkan maksimal dan sesuai dengan kebutuhan. Pada shafting misalnya, shafting pada main engine kapal berguna untuk mengkonversikan daya rotasi yang dihasilkan dari main engine/prime mover kapal menjadi thrust yang nantinya digunakan untuk menggerakkan suatu kapal. Propeller juga termasuk salah satu komponen penting pada proses shafting ini, dimana nantinya propeller inilah yang digunakan untuk menggerakkan suatu yang harus diperhatikan adalah bagaimana kita mengurangi getaran getaran yang terjadi di poros yang dapat menghilangkan daya yang dihasilkan dari suatu prime mover, bagaimana system pelumasannya dan sebagainya dan untuk mendukung shafting maka diperlukan lah bearings atau bantalan yang menjaga suatu shaft tetap pada porosnya. Sedangkan gearbox disinilah tempat perubahan daya yang dihasilkan oleh suatu prime mover diubah dan disesuaikan dengan putaran propeller yang dibutuhkan agar tidak terjadi kavitasi dan daya dapat dipergunakan secara maksimal untuk menggerakkan suatu gearbox pada kapal terdapat suatu reduction gear yang digunakan untuk menurunkan putaran dari mesin utama. Perlu diperhatikan desain roda gigi tersebut dan di sesuaikan dengan bentuk propeller Setiap propeller digerakkan dengan sistim roda gigi dengan perbandingan reduksi yang sesuai dengan karakteristik baling-baling. Sistim roda gigi adalah dari reversing reduction gear type. Setiap roda gigi dilengkapi dengan pompa minyak pelumas, thermometer, dan Thrust bearing yang dipasang menyatu dengan rumah roda gigi, berapa rasio ukuran tiap gear yang tepat dan lain clutch atau coupling sebenarnya clutch atau coupling ini berfungsi menghubungkan antara gear dengan shaft. Maka melihat uraian diatas maka perlu kita memahami apa itu daya dan thrust pada kapal terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam masalah system transmisi pada kapal. Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan industri, penggerak generator pembangkit energi listrik, sebagai penggerak propeler kapal dan lain-lain. Pada suatu engine dapat menghasilkan daya dan energi maksimal namun tidak semua daya dan energi tersebut nantinya akan digunakan untuk menggerakkan kapal karena terdapat gaya gaya lain yang tedapat pada suatu kapal. Gaya-gaya ini diteruskan ke poros engkol melalui connecting rod dan melalui main bearing gaya-gaya ini di berikan ke rumah bantalan engine body. Bearing utama dan journal bearing pada komponen engine bekerja dengan beban yang tinggi. Beban impulsif akibat kompresi dan pembakaran menyebabkan adanya beban kontak yang akan terjadi ketika engine beroperasi. Batang penghubung shaft menjadi faktor yang sangat dominan dalam penelitian ini karena berfungsi sebagai alat untuk memindahkan daya indikatur Ni yang dihasilkan dalam cambustion chamber ke poros engkol. Daya ini akan berubah menjadi daya efektif Ne setelah memperhitungkan kerugian mekanis ηm. Teknik yang digunakan untuk mendeteksi kondisi keausan bantalan termasuk pengukuran ketebalan lapisan film, pengukuran kesesumbuan poros, analisis signal getaran, dan lain-lain sudah dilakukan. - Daya Efektif PE adalah besarnya daya yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya hambat dari badan kapal hull, agar kapal dapat bergerak dengan kecepatan servis sebesar Vs. P = R xVs - Daya Dorong PT adalah besarnya daya yang dihasilkan oleh kerja dari alat gerak kapal propulsor untuk mendorong badan kapal. P = TxVa - Daya Yang Disalurkan PD adalah daya yang diserap oleh baling-baling kapal guna menghasilkan Daya Dorong sebesar Pt P = 2Ï Qd n dimana Q adalah torsi yang disalurkan dari main engine dan n adalah jumlah propeller. - Daya Poros PS adalah daya yang terukur hingga daerah di depan bantalan tabung poros stern tube dari sistem perporosan penggerak kapal. Effisieiensi shaft sekitar 98% dari Daya Rem / Brake Power . Ada 2 tipe pelumasan secara conventional Pelumasan Minyak Pelumasan Air Sistem modern untuk pelumasan air adalah dengan memberikan pasokan air pelumas dari dalam badan kapal, sehingga tidak lagi menggunakan air laut. Karena itu seal-seal yang digunakan menjadi mirip dengan sistem pelumasan minyak. Sistim pelumasan air laut - air laut masuk melalui celah bantalan bagian belakang - Pada bagian depan digunakan remes packing untuk menjaga kekedapan - Menggunakan bantalan kayu pok Lignum vitae Sistim pelumasan minyak lumas - pelumasan menggunakan minyak lumas - Bantalan menggunakan babbit methal - minyak lumas ditampung dalam tangki dan dialirkan ke tabung buritan - Sistim kekedapan menggunakan seal baik didepan maupun dibelakang - dilengkapi dengan pompa untuk sirkulasi minyak lumas Salah satu penyebab kesalahan dalam memilih bahan pelumas untuk permesinan kapal adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bahan pelumas, yang dapat berakibat fatal karena dapat merusak komponen-komponen mesin yang tidak sesuai dengan standar spesifikasi pabrik pembuat bahan pelumas. Pengetahuan bahan pelumas mutlak harus dimiliki oleh awak kapal dalam bekerja di atas kapal. disamping itu awak kapal juga diharuskan mengetahui dan memahami tentang bahan pelumas yang sering digunakan dalam bidang permesinan di kapal untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan bahan pelumas yang digunakan di kapal. Sumber utama pelumas adalah minyak bumi yang merupakan campuran beberapa organic, terutama hidrokarbon. Segala macam minyak bumi mengandung paraffin CnH2n-2, naftena CnH2n dan aromatik CnHn, jumlah susunan tergantung sumber minyaknya. Aromatik mempunyai sifat pelumasan yang baik tetapi tidak tahan oksidasi. Paraffin dan naftena lebih stabil tetapi tidak dapat menggantikan aromatik secara keseluruhan. Karena tipe aromatik tertentu bertindak sebagai penghalang oksidasi dan parafin murni tidak mempunyai sifat pelumasan yang baik. Perbedaan yang lain yaitu aromatik mempunyai viskositas rendah, naftena mempunyai viskositas sedang, dan paraffin mempunyai viskositas tinggi. Oksidasi minyak mineral umumnya menyebabkan meningkatkan viskositas serta terbentuknya asam dan zat yang tidak dapat larut. Apabila terjadi oksidasi besar-besaran akan menyebabkan korosi dan bahkan merusak logam yang dilumasi, kemudian oli harus diperbaharui. Daya tahan oksidasi berkurang pada suhu yang tinggi. Dengan minyak pelumas yang baik, oksidasi berkurang pada suhu yang tinggi. Dengan minyak pelumas yang baik, oksidasi masih akan tetap berlangsung perlahan-lahan pada suhu 80 0 C. diatas suhu tersebut kecepatan oksidasi meningkat dengan cepat. Kecepatan oksidasi tergantung pada suhu udara dan macam bahan bantalan bearing. Oleh karena itu sangat sulit menentukan suhu operasi maksimum dan bagaimana seringnya minyak pelumas oli harus diganti. Fungsi pelumas Fungsi terpenting dari pelumas adalah mencegah logam bergesekan, menghindari keausan, mengurangi hilangnya tenaga, dan mengurangi timbulnya panas. Hal yang diinginkan adalah apabila gesekan logam dicegah atau ditiadakan, disebut hydrodinamik atau penuh film pelumas, disini gesekan metal betul-betul diganti dengan gesekan dalam pelumas yang sangat rendah. Sebaliknya karena tekanan tinggi, kecepatan rendah, pelumas tidak cukup dan sebagainya, film pelumas menjadi sangat tipis, pelumas akan disebut dalam kondisi boundary dan masih menyebabkan gesekan logam. Disamping itu gesekan juga tergantung dari kehalusan dan keadaan logam, selain kemampuan pelumas. Bahan yang tidak sejenis biasanya kurang menyebabkan kerusakan permukaan dibandingkan bahan yang sejenis. Dalam kenyataan molekul pelumas yang berhubungan langsung dengan logam akan diserap permukaan logam. Kemampuan dan adhesi penyerapan molekul-molekul ini memberikan daya tahan pada logam. Terlepas dari kemampuan pelumas, pelumas harus tahan lama, tahan panas dan tahan oksidasi. Minyak mineral, tumbuh-tumbuhan dan binatang atau gemuk sebagai pelumas mempunyai kemampuan pelumas tetapi tidak cukup tahan oksidasi. Viskositas adalah ukuran tahanan mengalir suatu minyak merupakan sifat yang penting dari minyak pelumas. Beberapa pengujian telah dikembangkan untuk menentukan viskositas, antara lain pengujian Saybolt, Redwood, Engler, dan Viscosity Kinematic. Viskositas semua cairan tergantung pada suhu. Bila suhu meningkat maka daya kohesi antar molekul berkurang. Sebagai jenis minyak perubahan viskositasnya sangat drastis dibandingkan yang lainnya. Titik beku suatu minyak adalah suhu dimana minyak berhenti mengalir atau dapat juga disebut titik cair yaitu suhu terendah dimana minyak masih mengalir. Pengetahuan mengenai hal ini penting dalam pemakaian minyak pada suhu yang rendah Gesekan dan Pelumasan Gesekan akan terjadi bila dua permukaan bahan yang bersinggungan digerakkan terhadap satu sama lain, gesekan itu menyebabkan keausan, dengan melumas berarti memasukkan bahan pelumas antara dua bagian yang bergerak dengan tujuan untuk mengurangi gesekan dan keausan. a. Gesekan Kering Gesekan kering terjadi bila tidak terdapat bahan pelumas. Jadi antara bagian-bagian yang bergerak terjadi kontak langsung. Perlawanan gesekan adalah akibat dari kaitan berturut-turut dari puncak bagianbagian yang tidak rata. Besarnya koefisien gesek ditentukan oleh jenis permukaan yang saling bergeser, koefisien gesek antara 0,3 sampai 0,5. Gesekan kering tidak diperbolehkan dalam peralatan teknik. b. Gesekan Zat Cair dan Pelumasan Penuh Gesekan zat cair terjadi jika antara permukaan terdapat suatu lapisan bahan pelumas yang demikian tebalnya, sehingga puncak-puncak yang tidak rata itu tidak saling bersinggungan lagi. Jadi dalam hal ini tidak terdapat gesekan kering antara bagian-bagian yang bergerak melainkan suatu gerakan zat cair antara lapisan-lapisan bahan pelumas. Besarnya koefisien gesek ditentukan oleh tebalnya lapisan bahan pelumas dan oleh viskositas. Koefisien itu lebih kecil dari 0,03. pelumasan yang terjadi karena gesekan zat cair dinamakan pelumasan penuh atau pelumasan hidro dinamis. Keuntungan yang terpentingdari pelumasan penuh ialah pengausan yang sangat pelumasan penuh tergantung dari banyak faktor , yaituviskositas dari bahan pelumas, garis tengah poros, kecepatan putarporos, beban, suhu kerja, cara pemasukan minyak, ruang main antaraporos dan bantalan, jenis dan sebagainya. c. Gesekan Setengah Kering dan Pelumasan Terbatas Gesekan setengah kering terjadi jika antara permukaan terdapat lapisanbahan pelumas yang demikian tebalnya, sehingga puncak-puncak yangtidak rata masih dapat bersinggungan. Jadi dalam hal ini terjadigesekan kering sebagian dan gesekan zat cair koefisien gesek ditentukan oleh jenis bidang yang bergeserterhadap satu sama lain, tebalnya lapisan bahan pelumas dan viskositas serta daya lumas dari bahan pelumas. Koefisien daya lumas kira-kira 0,1. pelumasan yang terjadi pada gesekan setengah kering dinamakan pelumasan terbatas. 3. Jenis Pelumas Minyak pelumas yang digunakan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,yaitu sebagai berikut. a. Minyak tumbuh-tumbuhan Minyak tumbuh-tumbuhan diperoleh dengan cara memeras biji atau buah. Pada minyak tumbuh-tumbuhan yang terpenting dalam teknikialah minyak lobak rape oil, minyak biji katun dan biji risinus. b. Minyak hewan Minyak hewan diperoleh dengan cara merebus atau memeras tulangbelulang atau lemak babi. Minyak hewan yang terpenting untukkeperluan teknik ialah minyak tulang dan minyak ikan. Minyaktersebut masing-masing diperoleh dari kaki hewan dan ikan. Minyaktumbuh-tumbuhan dan minyak hewan keduanya mempunyai dayalumas yang baik, oleh sebab itu minyak tersebut dinamakan dari minyak itu ialah cepat menjadi tengit yang berartibahwa minyakmenjadi cepat rusak. Minyak tumbuh-tumbuhan danminyak hewan hampir tidak digunakan secara tersendiri sebagaiminyak pelumas. Akan tetapi karena daya lumasnya baik sekali makaditambahkan pada minyak mineral. c. Minyak mineral Minyak mineral diperoleh dengan cara distilasi penyulingan minyakbumi secara bertahap. Minyak mineral lebih murah dari pada minyaktumbuh-tumbuhan atau minyak hewan, akan tetapi lebih tahan lamadari kedua macam minyak tersebut. Hanya saja daya lumas dariminyak mineral tidak sebaik minyak tumbuh-tumbuhan dan minyakhewan. d. Minyak kompon Minyak kompon itu adalah campuran antara minyak mineral dengansedikit minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak hewan. Campuran inimempunyai daya lumas yang lebih sempurna dari pada minyakmineral. 4. Bahan Aditif Bahan tambahan aditif itu ialah zat kimia yang ditambahkan pada minyakdengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari minyak yangbersangkutan. Berbagai macam bahan tambahan itu diberi nama menurutsifat yang diperbaikinya dalam minyak. Jenis bahan tambahan adalah sebagai berikut ; a. bahan tambahan untuk menurunkan titik beku. b. Bahan tambahan untuk meningkatkan indeks viskositas. c. Bahan tambahan pemurni dan penyebar. Aditif ini menjaga supaya bagian-bagian zat arang tetap tinggal melayanglayangdan mencegahnya melekat pada logam, dengan demikian pesawatyang bersangkutan tetap dalam kondisi antioksidan mengurangi ketuaan minyak, jadi minyak yang diberiaditif antioksidan tidak cepat mengoksida sehingga pengasaman dapatdicegah. Aditif antikorosi memberi lapisan pelindung pada bagian mesin dengan demikian dapat dicegah termakanya oleh asam yang terjadi dalam minyak. Aditif dapat mencegah dua bagian permukaan logam yang salingbersinggungan berpadu dan juga meningkatkan daya lumas yang diberi aditif peningkat nilai tekanan batas, tahan terhadaptekanan tinggi. 5. Gemuk Gemuk adalah produk padat agak cair, umumnya tersusun dari minyak dansabun disamping metode lain membuat gemuk. Kandungan minyakumumnya antara 75-95%. Gemuk lebih tahan karat, tahan oksidasi, tahanudara lembab dan sebagainya. Kita menggunakan gemuk apabilapemakaian oli mengalami kesulitan karena tidak ada bantalan mempunyai struktur halus atau butiran, sedangkan gemukroda gigi ulet dan berserabut. Untuk roda gigi harus mempunyai adhesiyang kuat pada logam sehingga tidak terlempar keluar dari antara roda gigi pada kotak roda gigi yang tidak tertutup adalah agar cairsehingga gemuk dapat kembali pada posisi dengan jenis logam yang digunakan untuk pelumasan, kita membedakan gemuk sebagai berikut ini. a. Gemuk sabun kalsium gemuk kapur Gemuk ini tahan air tetapi tidak tahan suhu tinggi, titik tetesnyaterletak antara 90 â 1500 C. gemuk sabun kalsium digunakan untukpelumasan umum terutama untuk bantalan luncur. b. Gemuk sabun natrium gemuk soda Gemuk ini tidak tahan air akan tetapi tahan suhu tinggi, titik tetesnyaterletak antara 150 â 2300 C. gemuk sabun natrium digunakan untukpelumasan bantalan peluru dan bantalan golong. c. Gemuk sabun aluminium Gemuk ini tahan air, akan tetapi tidak tahan suhu tinggi, titik tetesnyaterletak pada 900 C. Gemuk ini sesuai untuk penggunaan khusus yangmemerlukan perlawanan terhadap daya lempar keluar. d. Gemuk sabun litium Gemuk ini tahan air dan tahan suhu tinggi, titik tetesnya terletak pada180 0 C. gemuk sabun litium digunakan sebagai gemuk serba guna yangberarti bahwa gemuk ini dapat digunakan untuk banyak macamkeperluan. e. Gemuk basa campuran Gemuk ini mengandung sabun kalsium dan sabun natrium, sifatgemuk ini tentu saja berada diantara sifat sabun kalsium dan sifatsabun natrium. Gemuk basa campuran digunakan sebagai gemuk serbaguna, akan tetapi tidak mungkin ditempat yang ada air. Suhu kerjamaksimum kira-kira 400 C, lebih rendah dari pada titik tetes. 6. Penggunaan Pelumas Pelumas dapat digunakan untuk beberapa keperluan antara lain sebagaiberikut. a. Minyak lumas mesin Tersedia dalam dua kualitas yaitu bermutu rendah dan tinggi. Bermuturendah diperuntukkan untuk bagian-bagian yang dapat dilumas daritempat minyak lumas. Kualitas yang lebih tinggi diperuntukan untuksystem sirkulasi pelumasan bantalan, roda gigi transmisi beban ringandimana oli harus berfungsi dalam jangka waktu yang lama, bermutudan tahan oksidasi. Viskositas yang diberikan untuk bantalantergantung beberapa factor yaitu; beban, suhu, kecepatan, diameterporos dan system pelumasan. b. Pelumasan transmisi roda gigi lurus dan roda gigi cacing Minyak lumas mineral murni tidak tahan lama untuk pelumas padabeban berat dan beban hentakan transmisi roda gigi dan minyak system roda gigi, beban ringan yang terbuka diperlukan minyaklumas yang adhesi dengan logam dan tidak terlempar dari roda roda gigi beban berat terbuka, campuran yang mengandungaspal ulet sering digunakan pada suhu yang tinggi. c. Minyak lumas motor Minyak lumas motor bensin mengandung pembersih untuk mencegah mengendapnya kotoran padat dengan menjaganya tetap dalam kondisi bersih. d. Minyak lumas silinder uap Minyak lumas silinder uap harus mempunyai titik nyala yang tinggidan tidak mengandung bahan yang mudah menguap pada uap mengandung gemuk tertentu diperbolehkan beremulsi dengan cairan yang bersifat pelumas yang baik, adhesi pada logam cukup baik. e. Minyak lumas hidrolik Dengan alasan keselamatan cairan hidrolik tidak mudah menyala, dan mempunyai kekentalan yang rendah, apalagi untuk system hidrolik yang bekerja di dekat api. c. Rangkuman. 1. Bahan pelumas berasal dari minyak bumi yang merupakan campuran beberapa organic, terutama hidrokarbon. 2. Fungsi pelumas adalah mencegah logam bergesekan, menghindarikeausan, mengurangi hilangnya tenaga, dan mengurangi timbulnyapanas. 3. Viskositas adalah ukuran tahanan mengalir suatu minyak merupakan sifat yang penting dari minyak pelumas. 4. Pengujian untuk menentukan viskositas minyak pelumas adalahpengujian Saybolt, Redwood, Engler, dan Viscosity Kinematic. 5. Gesekan kering terjadi bila tidak terdapat bahan pelumas padapermukaan logam atau metal. 6. Besarnya koefisien gesek ditentukan oleh tebalnya lapisan bahan pelumas dan oleh viskositas. 7. Minyak pelumas yang digunakan dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu minyak tumbuh-tumbuhan, minyak hewan, minyak mineral, dan minyak kompon. 8. Bahan tambahan aditif adalah zat kimia yang ditambahkan pada minyak pelumas dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari minyak yang bersangkutan. 9. Gemuk adalah produk padat agak cair, dengan kandungan minyak umumnya antara 75-95%. 10. Gemuk lebih tahan karat, tahan oksidasi, tahan udara lembab dan sebagainya.
Penambahan pelumas sering dilakukan oleh nelayan tanpa memperhatikan dampak terhadap mesin. Nelayan menduga dengan melakukan penambahan pelumas akan lebih menghemat biaya jika dibandingkan harus melakukan penggantian secara berkala. Secara umum mereka melakukan penambahan jika merasa volume dalam tangki mengalami pengurangan setelah melakukan pengecekan dan melakukan penggantian pelumas tanpa mempertimbangkan jangka waktu penggunaan pelumas. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pola penggunaan pelumas nelayan PPI Kendari. Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan kuesioner. Total responden 12 kapal, dan 2 dari 12 kapal dijadikan objek dalam perlakuan pengambilan sampel. Kapal 1 dengan mesin Mitsubishi 6D22 dan Kapal 2 dengan Mitsubishi 6D16. Konsumsi pelumas kedua kapal yaitu 20 liter per bulan. Kapal 1 melakukan penambahan pelumas setiap 6 jam, 13 jam, dan 20 jam, sedangkan kapal 2 melakukan penambahan setiap 1 kali trip 12 jam, 24 jam, 36 jam. Pola penggunaan pelumas yang digambarkan dari total responden memperlihatkan tingkat kecenderungan nelayan di PPI Kota Kendari dalam penambahan dan penggantian. Nelayan dengan frekuensi penambahan lebih banyak memiliki jangka waku penggantian pelumas lebih lama dengan kecenderungan 57 persen dibanding penggantian dengan angka 43 persen. Pola penambahan dan penggantian pelumas yang digambarkan dipengaruhi oleh jumlah trip dan durasi trip. Waktu penambahan dan penggantian pelumas di PPI Kendari berdasarkan prediksi dan kebutuhan mesin Kunci kapal, konsumsi pelumas, mesin, pelumas Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ALBACORE P-ISSN 2549-1326, E-ISSN 2655-559X Volume 3, No 1, Februari 2019 Diterima 3 Agustus 2019 Hal 085-093 Disetujui 19 Agustus 2019 POLA PENGGUNAAN PELUMAS PADA MESIN KAPAL NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PPI KOTA KENDARI Lubricant Using Pattern on Fishing Boat Engines in Kendari Fish Landing Base PPI Oleh Etika Ariyanti Hidayat1, Budhi Hascaryo Iskandar1, Fis Purwangka1, Deni Ahmad Soeboer1 1Program Studi Teknologi Perikanan Laut Korespondensi ariyantihidayat23 ABSTRAK Penambahan pelumas sering dilakukan oleh nelayan tanpa memperhatikan dampak terhadap mesin. Nelayan menduga dengan melakukan penambahan pelumas akan lebih menghemat biaya jika dibandingkan harus melakukan penggantian secara berkala. Secara umum mereka melakukan penambahan jika merasa volume dalam tangki mengalami pengurangan setelah melakukan pengecekan dan melakukan penggantian pelumas tanpa mempertimbangkan jangka waktu penggunaan pelumas. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pola penggunaan pelumas nelayan PPI Kendari. Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan kuesioner. Total responden 12 kapal, dan 2 dari 12 kapal dijadikan objek dalam perlakuan pengambilan sampel. Kapal 1 dengan mesin Mitsubishi 6D22 dan Kapal 2 dengan Mitsubishi 6D16. Konsumsi pelumas kedua kapal yaitu 20 liter per bulan. Kapal 1 melakukan penambahan pelumas setiap 6 jam, 13 jam, dan 20 jam, sedangkan kapal 2 melakukan penambahan setiap 1 kali trip 12 jam, 24 jam, 36 jam. Pola penggunaan pelumas yang digambarkan dari total responden memperlihatkan tingkat kecenderungan nelayan di PPI Kota Kendari dalam penambahan dan penggantian. Nelayan dengan frekuensi penambahan lebih banyak memiliki jangka waku penggantian pelumas lebih lama dengan kecenderungan 57 persen dibanding penggantian dengan angka 43 persen. Pola penambahan dan penggantian pelumas yang digambarkan dipengaruhi oleh jumlah trip dan durasi trip. Waktu penambahan dan penggantian pelumas di PPI Kendari berdasarkan prediksi dan kebutuhan mesin kapal. Kata Kunci kapal, konsumsi pelumas, mesin, pelumas ABSTRACT The addition of lubricant on machine is usually done by fishers without considering the effect. Fishers assume by adding the lubricant could save more cost than replacing the lubricant periodically. In general, they add the lubricant by predicting the decreasing its volume checking the volume and replaced the lubricant without considering the periodic time of lubrication. The purpose is to know the pattern of use of fishers lubrication in PPI Kendari. Data collected by interview and questioner and analyzed by description method. Total respondances were 12 boat, and 2 of them were chosen as sampled boat. Boat 1 uses Mitsubishi 6D22 and boat 2 uses Mistubishi 6D16. Lubricant consumption of both is 20 liter per month. In addition, boat 1 added lubrication in each 6 hours, 13 hours, and 20 hours, while the boat 2 addes the lubricant in each 1 time of its trip or 12 hours, 24 hours, 24 hours. The lubricant using pattern depicted by 12 respondences shows the trend of adding and changing lubricantion by fishers in PPI Kendari. Fishers who add lubricant more often would have longer time to change the lubrication with the trend reached 57 percent compared with changing just reached 47 86 ALBACORE 3 1, Februari 2019 percent. The adding and changing pattern are affected by total trip and trip duration. The schedule to add and change the lubricant on machine in PPI Kendari depends on their prediction and needs. Key word boat, lubricant, lubricant consumption, machine PENDAHULUAN Biaya operasional dapat mencapai angka 50-70 persen untuk bahan bakar minyak BBM Mukhlisin, 2012; Mukhlisin et al, 2012. Disamping BBM, pelumas merupakan varibel penting dalam menentukan biaya operasional Arisandi et al, 2012. Biaya pelumas berkisar antara 1-5 persen dari biaya operasinal tersebut Saputra et al. 2011; La Ola, 2014; Howara, 2014. Suryawati 2013 menjelasakan di dalam penelitiannya biaya operasional untuk pelumas kapal < 5GT pertahun sebesar Hal ini berhubungan erat dengan pendapatan nelayan. Jika dilihat dari pendapatan nelayan Alpharesy et al., 2012 pendapatan nelayan kecil mencapai per bulan dengan rata-rata non pangan per bulan. Berdasarkan kedua penelitian tersebut total pengeluaran pelumas sebesar 34,45 persen dari biaya non pangan. Harga pelumas cenderung naik dari tahun ke tahun. Bila nelayan dapat menghemat dari biaya pelumas, maka biaya dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain. Semojonov et al. 2014 menegaskan bahwa, pengunaan pelumas secara terus menerus akan menyebabkan masalah pada mesin. Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran biaya tambahan untuk perbaikan mesin atau bahkan mengharuskan nelayan untuk membeli mesin yang baru. Dalam penggunaan pelumas, diduga nelayan tidak mematuhi siklus perawatan mesin. Penggantian pelumas pada umumnya dilakukan tanpa menghitung jam kerja mesin sebagaimana tercantum dalam buku perawatan mesin. Disisi lain penambahan pelumas sering dilakukan karena volume dalam tangki pelumas berkurang. Perbedaan kualitas pelumas sebelum dan sesudah penambahan belum diketahui dan hal ini menarik untuk diteliti. Jika penambahan pelumas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelumas, maka penggantian pelumas bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama. Penambahan tersebut akan berimplikasi kepada pengurangan biaya operasional nelayan. Namun dugaan tersebut perlu dipastikan dengan melakukan penelitian pendahuluan terhadap pola penggunaan pelumas dan pengujian terhadap kualitas pelumas. Pola penggunaan pelumas dalam penelitia ini meliputi pola penambahan dan penggantian pelumas. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan pola penggunaan pelumas kapal nelayan PPI Kota Kendari. Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Kota Kendari terhadap nelayan purse seine. Hal ini didasarkan data yang menyebutkan bahwa jumlah kapal yang melakukan pendaratan di PPI Kota Kendari didominasi oleh kapal purse seine DKP Kendari 2015. METODE PENELITIAN Pengambilan data di PPI Kota Kendari dilakukan pada bulan April-Juni 2019. Lokasi pengambilan data penelitian di PPI Kota Kendari Gambar 1. Hidayat et al. âPola penggunaan pelumas... 87 Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian PPI Kota Kendari Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang dicapai. Tabel di bawah ini menjelaskan data yang dibutuhkan. Tabel 1. Metode pengumpulan, pengolahan dan analasis data. Mengetahui pola penggunaan pelumas nelayan PPI Kota Kendari a. Jenis mesin b. Usia mesin c. Jenis pelumas d. Siklus penggantian pelumas e. Waktu penambahan pelumas f. Perawatan mesin Tabulasi dan pengelompokan Data yang dibutuhkan berupa informasi jumlah populasi kapal yang mendarat di PPI Kota Kendari. Jumlah populasi kapal digunakan dalam rumus perhitungan penentuan jumlah sampel responden yang diwawancarai. Informasi yang dibutuhkan dari beberapa responden yaitu berupa data jenis mesin, usia mesin, jenis pelumas, siklus penggantian pelumas, dan waktu penambahan pelumas. Informasi tersebut diolah menjadi tabulasi dan pengelompokan untuk mengetahui kecendrungan nelayan dalam menggambarkan pola penggunaan pelumas. Hasil wawancara dan quesioner dianalisis menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian berupa data jumlah populasi kapal. Data jumlah populasi kapal menjadi penentu penghitungan jumlah sampel kapal yang akan diwawancarai. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah 88 ALBACORE 3 1, Februari 2019 ditentukan pada Tabel 1. Rumus yang digunakan dalam penetapan jumlah sampel di dalam penelitian Zainuddin 2002 đ = Z2 α2âP 1âPNd2 Nâ1+ Z2 α2âP 1âP ............................................................................. 1 Dengan n Besar Sampel Z2 α/2 Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 - α/2 1,96 p Proporsi hal yang diteliti d Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan N Jumlah populasi Besar sampel yang diperoleh dari hasil perhitungan diputuskan kembali berdasarkan jadwal operasi nelayan, ketersedian nelayan untuk diwawancarai, dan ketersedian waktu serta tenaga. Langkah yang dilakukan pada tahapan ini yaitu penentuan kapal sampel sebagai acuan dalam pengambilan sampel pelumas. Sampel pelumas diambil berdasarkan jam kerja mesin kapal yang ditentukan oleh jumlah trip setiap kapal. Sampel pelumas yang diambil sebanyak 250 ml. Pengambilan sampel pelumas pada kapal berdasarkan lama waktu pemakaian pelumas atau jam kerja mesin atau jumlah trip yang dilakukan. Kapal 1 dengan pengambilan sampel berdasarkan jarak waktu tempuh ke fishing ground dan jarak waktu tempuh ke fisihing base. Waktu tempuh ke fishing groundmencapai waktu 6 jam, sedangkan ke fisihing base7 jam. Nelayan pada kapal 1 melakukan penambahan dengan pembagian 6 jam, 13 jam, dan 20 jam. Penambahan tersebut dilakukan ketika sampai di fishing ground dan ketika kembali lagi ke fishing base, sedangkan pengambilan sampel pelumas pada kapal 2 bergantung dari jadwal mendarat kapal yaitu sampai kembali ke fishing basedengan pembagian 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Pengambilan keputusan cara pengambilan sampel berdasarkan jadwal operasi nelayan dan waktu penambahan pelumas berdasarkan kondisi kebutuhan pelumas pada tangki mesin. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Penggunaan Pelumas Mesin Kapal Nelayan Nelayan yang berlabuh di PPI Kendari didominasi oleh nelayan yang berasal dari Sulawesi Selatan dan pada tahun 2017 tercatat tidak kurang dari 230 armada dengan kapasitas kapal didominasi oleh kapal 14 GT dan 20 GT yang terdiri dari armada pancing tonda, purse seine, bagan perahu, hand and line dan gill net. Menurut perhitungan Zainuddin 2002, dari 320 unit diperoleh jumlah responden 144 kapal, dan 12 diantaranya digunakan sebagai sampel untuk diwawancarai. Menurut Triyono 2003 menyatakan bahwa salah satu faktor penghalang pengambilan jumlah sampel yaitu tenaga yang tersedia, biaya dan waktu. Sampel kapal yang akan diberi perlakuan penambahan pelumas dipersempit menjadi 2 dua sampel kapal. Karakteristik kapal yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Pola penggunaan pelumas yang digambarkan 12 responden Gambar 2 dan persentase penggunaan yaitu persentase penambahan dan penggantian Gambar 3. Hidayat et al. âPola penggunaan pelumas... 89 Gambar 2 Pola Penggunaan pelumas Penambahan dan Penggantian Gambar 2 menunjukkan pola penggunaan pelumas berdasarkan frequensi penambahan dan penggantian pelumas mesin kapal setiap responden. Frequensi penambahan pelumas dipengaruhi oleh jumlah trip tiap kapal. Rata-rata setiap kapal melakukan penambahan setelah 1 kali trip dengan durasi rata-rata 7 hari/trip. Kapal dengan frequensi penambahan paling banyak memiliki jangka waktu penggantian pelumas lebih lama, sehinga dalam periode 1 bulan tidak terjadi penggantian pelumas. Hal tersebut dikarenakan nelayan beranggapan bahwa penambahan tidak hanya berpengaruh terhadap penambahan volume, melainkan jangka waktu pemakaian yang bisa lebih lama. Penggantian pelumas yang dilakukan oleh nelayan di PPI Kota Kendari juga dipengaruhi oleh durasi trip dan jumlah trip. Kualitas pelumas setelah penambahan didapatkan dari pelumas baru. Kualitas pelumas setelah penambahan dipengaruhi oleh kandungan aditif yang ada pada pelumas tersebut. Nehal dan Nassar 2017 berpendapat bahwa, meningkatkan kinerja pelumas dapat dilakukan dengan menambahkan properti baru untuk meningkatkan pelumas yang sudah ada. Gambar 3 Persentase Penambahan Pelumas 12 responden kapal Gambar 3 menjukkan presentase pola penggunaan pelumas dari 12 responden berdasarkan pola penambahan dan penggantian dalam waktu 1 bulan. Gambar 2 menggambarkan sekitar 57 persen nelayan PPI Kota Kendari lebih cenderung melakukan ppenambahan pelumas dibandingkan melakukan penggantian. Nelayan PPI Kendari melakukan penggantian berdasarkan prediksi, namun kecendrungan mereka melakukan penggantian setelah menempuh 3-4 trip dengan durasi 3-7 hari/trip. Penggunaan pelumas nelayan PPI Kendari tidak disesuaikan dengan jenis mesin atau tipe mesin. Nelayan yang mendaratkan kapalnya di PPI Kendari menggunakan jenis pelumas yang sama yaitu merk 90 ALBACORE 3 1, Februari 2019 Meditran S. Berdasarkan hasil wawancara, dalam sekali penggantian pelumas nelayan menghabiskan sekitar 10-20 liter pelumas tergantung jenis mesin dengan biaya per 10 liter. Fujita, Eric M et al. 2006 berpendapat bahwa, konsumsi pelumas pada mesin dipengaruhi oleh partikel yang tersisa akibat sisa pembakaran dan mengendap di dalam mesin. Penggunaan pelumas yang tidak sesuai dapat mempengaruhi performa setiap mesin, penggantian pelumas pun harus diperhatikan. Nikolakopoulos et al. 2018 menuliskan bahwa, pemaham terhadap penggunaan pelumas dengan karakteristik yang tepat harus dipahami. Syahputra 2016 menegaskan kembali bahwa, pelumas dengan kualitas rendah bila digunakan pada mesin akan mudah rusak atau terkomposisi, sehingga dapat menyebabkan penurunan volume akibat penurunan viskositas pelumas dan penurunan kualitas pada pelumas menyebabkan hilangnya daya lumas pada komponen mesin. Tidak ada standar waktu yang baku bagi nelayan dalam mengganti pelumas. Biasanya penggantian pelumas dilakukan setiap 3-4 trip atau setiap bulan dan mengabaikan jam kerja mesin. Effendi dan Rabiyatul Adawiyah 2014 menyatakan bahwa, pemakaian oli direkomendasikan dalam jarak tempuh km, km atau lebih hingga km. Minyak pelumas yang digunakan mempunyai jangka waktu pemakaian tertentu, tergantung dari kerja mesin, minyak pelumas merupakan sarana pokok dari suatu mesin untuk dapat beroperasi secara optimal Effendi dan Adawiyah, 2014. Penambahan pelumas pada Kapal 1 dan Kapal 2 disesuaikan berdasarkan keadaan atau kondisi tangki pelumas saat dilakukan pengecekan, jika dirasa berkurang maka nelayan akan melakukan penambahan berdasarkan perkiraan saja. Berkurangnya pelumas pada mesin disebabkan kondisi mesin kedua kapal tidak dalam kondsi prima hal tersebut dipengaruhi karena kapal tidak memiliki perawatan yang khusus atau perawatan secara berkala. Nelayan beranggapan bahwa mesin yang digunakan hanya perlu dilakukan perbaikan jika terjadi kerusakan, perawatan khusus akan menambah biaya yang harus mereka keluarkan, selain biaya operasional. Lazakis et al. 2010 mengungkapkan, bagi sebagain manajer kapal menganggap pemeliharaan sebagai bidang pengeluaran yang tidak perlu dan biaya yang berlebihan dan bukan sebagai elemen yang penting. Tabel 2. Karakteristik Kapal 1 dan Kapal 2 Jumlah pemakaian Pelumas ltr/bulan Frequensi Penggantian Pelumas Kapasitas tangki pelumas kapal 1 dan kapal 2 menunjukkan jumlah konsumsi pelumas yang sama yaitu 20 liter per bulan. Shop Manual Diesel Engine Mitsubishi 6D22 2019 menunjukkan kapasitas tangki pelumas 27 liter dan untuk konstruksi mesin 25 liter, selain itu kapasitas saringan oli dapat menampung atau menyaring oli 4 hingga 4,5 liter. Specifications of Mitsubishi Diesel Engine 6D16 2011 menunjukkan kapasitas total tangki pelumas sebesar 13,5 liter. Jenis mesin yang digunakan oleh kedua kapal sampel merupakan mesin diesel. Kapal 1 dan Kapal 2 tidak memiliki siklus penggantian pelumas yang teratur. Hal ini dikarenakan nelayan PPI Kota Kendari lebih mempertahankan pelumas lama yang ada dalam mesin sambil menambahkan pelumas baru jika terjadi pengurangan volume. Pengurangan volume pelumas pada kapal 1 dan kapal 2 disebabkan karena perubahan kualitas pelumas yaitu menurunnya tingkat kekentalan pelumas. Mohammad Galbi dan Ishak 2016 berpendapat bahwa perubahan viskositas memiliki korelasi yang Hidayat et al. âPola penggunaan pelumas... 91 signifkan terhadap jam kerja mesin. Tabel 3 memperlihatkan waktu penambahan, volume pelumas yang berkurang dan volume pelumas baru yang ditambahkan pada kapal 1 dan kapal 2. Tabel 3. Penambahan Pelumas Kapal 1 dan Kapal 2 Volume Awal Pelumas ltr Volume Pelumas yang Berkurang ml Volume Pelumas yang Ditambahkan ml Nelayan di PPI Kendari menduga bahwa dengan melakukan penambahan akan mengurangi biaya pengeluaran untuk pelumas. Riyadi 2008 berpendapat bahwa, nelayan bisa melakukan pengehematan pelumas sekitar Rp. per tahun jika nelayan melakukan penggantian pelumas sesuai dengan petunjuk perawatan mesin. Perbedaan biaya kapal dengan pelumas cadangan dengan tanpa pelumas cadangan Tabel 4. Tabel 4. Biaya Pelumas Kapal Konsumsi pelumas utama lt/bulan Konsumsi pelumas cadangan lt/bulan Harga pelumas cadangan Rp Konsumsi pelumas utama lt/bulan Konsumsi pelumas cadangan lt/bulan Harga pelumas cadangan Rp Jika dilihat dari total pengeluaran biaya pelumas per bulan dengan pelumas cadangan dan tanpa pelumas cadangan, nelayan lebih banyak mengeluarkan biaya jika menggunakan pelumas cadangan dengan konsumsi pelumas cadangan 5 liter per bulan. Nelayan bisa melakukan penghematan biaya tanpa pelumas cadangan, namun kondisi ini harus didukung dengan keadaan mesin yang prima. Bhosale et al. 2013 menyatakan bahwa, pelumas yang sudah terkontaminasi harus diganti secara periodik, hal ini bertujuan untuk mendukung performa mesin agar tetap baik. Penggantian pelumas disebabkan oleh banyak faktor dan tergantung dari kondisi operasinya. KESIMPULAN Pola penggunaan pelumas pada mesin kapal di PPI Kota Kendari berdasarkan frekuensi penambahan dan penggantian terlihat sekitar 57 persen nelayan cenderung melakukan penambahan dibandingkan penggantian pelumas. Penggantian pelumas dipengaruhi oleh jumlah dan durasi trip, selain itu semakin sering melakukan penambahan maka durasi penggantian pelumas semakin lama. Nelayan pada umunnya biasa melakukan penambahan pelumas tanpa mempertimbangkan dampak, dan melakukan penggantian tanpa petunjuk baku perawatan atau berdasarkan prediksi saja. 92 ALBACORE 3 1, Februari 2019 Berdasarkan kebiasaan kedua mesin kapal sampel yaitu Kapal 1 lebih sering melakukan penambahan yaitu setiap 6 Jam, 13 jam dan 20 jam, sedangkan Kapal 2 melakukan penambahan setiap 1 kali trip 12 jam, 24 jam dan 36 jam. Penggantian pelumas kedua kapal dilakukan bedasarkan prediksi atau perkiraan. Rata-rata waktu penggantian pelumas dengan penambahan yang biasa dilakukan yaitu 1 bulan sekali. SARAN Nelayan sebaiknya melakukan penggantian pelumas berdasarkan petunjuk perawatan dan menggunakan pelumas sesuai dengan standar baku perawatan, selain memperpanjang usia pemakaian mesin, akan bermanfaat dalam penghematan biaya untuk penggantian mesin atau memperbaiki kerusakan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diberikan kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP yang memberikan saya kesempatan menjadi bagian dari keluarga besarnya dan sebagai sponsor bagi penulis selama menempuh pendidikan magister/S2 di program studi Teknologi Perikanan Laut, Institut Pertanian Bogor. Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa dana pendidikan dan fasilitas, namun LPDP memiliki awardee yang bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing yang bersedia memberikan motivasi satu sama lain dalam penyelesaian masa studi. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada PPI Kota Kendari yang sudah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data, serta nelayan yang sudah bersedia membantu dalam proses wawancara dan yang bersedia menjadi sampel percobaan untuk memenuhi kriteria kesempurnaan dari karya ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmed NS, Nassar AM. 2017. Lubricating oil additive [Research Report]. Egypt ID Egyptian Petroleum Research Institut INTECH. Alpharesy MA, Anna Z, Yustiati A. 2012. Analisis pedapatan nelayan dan pola pengeluaran rumah tangga nelayan buruh di Wilayah Pesisir Kampak Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Perikanan Perikanan Kelautan. 3 1 11-16. Arisandi M, Darmanto, Priangkoso T. 2012. Analisa pengaruh bahan dasar pelumas terhadap viskositas dan konsumsi bahan bakar. Momentum. 8 1 56-61. Bhosale AA, Joshi K, Karadkar T, Mangidkar K. 2014. Analysis of lubricating oil deterioration in four-wheeler. Applied Mechanics and Materials. 446-447 558-561. Effendi MS, Adawiyah R. 2014. Penurunan nilai kekentalan akibat pengaruh kenaikan temperatur pada beberapa merek minyak pelumas. Jurnal INTEKNA. 01 1-101. Fujita EM, David EC, Barbara Z. 2006. Chemical analysis of lubrication oil samples from a study to characterize exhaust emissions from light-duty gasoline vehicles in the kansas city metropolitan area [Research Report]. Amerika Serikat ID Desert Research Institute. Galbi M, Ishak A. 2016. Prediksi penggantian minyak pelumas motor diesel generator set berdasarkan laju perubahan viskositas dan total base number dengan pendekatan linieritas [tesis]. Jakarta ID Universitas Pembangunan Nasional âVeteranâ. Howara D. 2014. Maksimisasi pendapatan nelayan pancing ulur di Desa Tete B Kabupaten Tojo Una-Una. J. Agroland. 21 2 109 â 114. Hidayat et al. âPola penggunaan pelumas... 93 Lazakis I, Turan O, Aksu S. 2010. Increasing ship operational reliability through the implementation of a holistic maintenance management strategy. JurnalShips and Offshore Structures. 5 4 337-357. Mukhlisin, Zainal A, Fadli N, Nasution AM, Marzuki MD. 2012. Analisis subsidi bahan bakar minyak BBM solar bagi nelayan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan. 12 107-113. Nikolakopoulos PG, Mavroudis S, Zavos A. 2018. Lubrication performance of engine commercial oils with different performance levels the effect of engine synthetic oil aging on piston ring tribology under real engine conditions [Artikel]. Yunani ID University of Patras. Ola LO. 2014. Efisiensi biaya produksi dan daya saing komoditi perikanan laut di Pasar Lokal dan Pasar Ekspor. Jurnal Bisnis Perikanan. 1 1 39-50. Riyadi, Mochamat S. 2008. Evaluasi penggantian jam operasi Pelumas Meditran S SAE-40 dengan metode oil analysis pada mesin diesel pembangkit tenaga listrik Cummins KTA 38-G5 di Pusdiklat Migas Cepu [Tesis]. Yogyakarta ID Universitas Gadjah Mada. Saputra, SW, Solichin, Wijayanto, Kurohman. 2011. Produktivitas dan kelayakan usaha tuna longliner di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 6 2 84-91. Semjonovs J, Springis G, Leitans A. 2014. Increasing of engine oil change interval by using additional oil filter in diesel engines. Latvia ID Riga Technical University. Shop Manual Diesel Engine Mitsubishi 6D22. 2019. Diesel Engine 6D2 for indudtrial use [Internet]. [Diakses Tanggal 01 Juli 2019]. Tersedia https Specifications of Mitsubishi Diesel Engine 6D16. 2011. Mitsubishi 6d16 Valve Adjustment Procedure [Intenet]. [Diakses Tanggal 01 Juli 2019]. Tersedia Suryawati SH, Ramadhan A, Zamroni A, Purnomo AH. 2013. Kebijakan Antisipatif dalam Menghadapi Dinamika Harga Bbm Pada Usaha Perikanan Tangkap. Vol. 3 No. 2 Tahun 2013. ISSN 25273280. Syahputra A. 2016. Studi Perbandingan Kualitas Pelumas Mesin Motor 4t Di Kota Palembang Menggunakan Metode Ft-Ir. Jurnal Teknik Patra Akademika. 7 2 1-60. Triyono. 2003. Teknik Sampling Dalam Penelitian [Artikel]. Kalimantan ID Universitas Palangkaraya. Zainuddin. 2002. Metode Penelitian Hukum. Jakarta Sinar Grafi. Pembangkitan dan pemanfaatan energi listrik yang baik pada sebuah kapal niaga akan memberikan rasa nyaman dan aman terhadap semua orang yang menggunakan fasilitas tersebut. Kapal XYZ merupakan salah satu kapal niaga di Nusa Tenggara Timur yang beroperasi untuk melayani penyeberangan dari Kupang menuju Rote. Kapal ini menggunakan 3 buah generator untuk memenuhi kebutuhan energi listriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi energi dan bahan bakar yang dipergunakan selama melakukan kegiatan pelayaran dan mengetahui kondisi generator yang dipergunakan. Hasil analisis menunjukan bahwa presentase pembebanan generator terhadap beban listrik kapal masih cukup memenuhi, dengan rata-rata sebesar 8,76%. Konsumsi bahan bakar generator dalam sekali operasi sebesar 200,34 Liter/hari, masih sesuai dan mencukupi dari kapasitas ruang bahan bakar pada kapal. Pemakaian generator juga dilakukan secara efektif dan efisien dengan penjadwalan yang bergantian agar setiap generator dapat bekerja secara maksimal dalam waktu yang lama untuk menghindari is one of important components in fishing activity. The objectives of this research were to analyze the need and the receiver of fuel subsidy in Aceh Besar t as well as to analyze the problems that faced by fisherman in Aceh Besar district. The survey was done on June-August 2012 in five sub-district in Aceh Besar namely 1 Baitussalam, 2 Mesjid Raya, 3 Leupung 4 Lhoknga dan 5 Mesjid Raya. The result shown that the average cost of one trip of fishing activities in Aceh Besar were The lowest operational cost was found in Seulimum per trip and the highest was found in Baitussalam sub-district Rp1, 793,710 per trip. Fuel was the biggest cost for fishing activity; it was ranged 40%-73% with average The lowest proportion of fuel consumption was found in Baitussalam sub-district and the highest was found in Lhoknga sub-district. In average, the fishermanâs fuel consumption was 1,237L. per month; with total subsidy was Rp 5,824,737 per fisherman per month. The profit will be decreased up to if there was no fuel subsidy. In addition, the result also shown that the fisherman in Aceh Besar did not have any skill to generate their alternative income. As the consequence, in the future there is a need to develop programs to generate the alternative livelihood for Aceh Besar fisherman as well as their Capture fishery, conservation, budget allocation, and climate changesTo further improve efficiency in automotive engine systems, it is important to understand the generation of friction in its components. Accurate simulation and modeling of friction in machine components is, amongst other things, dependent on realistic lubricant rheology and lubricant properties, where especially the latter may change as the machine ages. Some results of research under laboratory conditions on the aging of engine commercial oils with different performance levels mineral SAE 30, synthetic SAE10W-40, and bio-based are presented in this paper. The key role of the action of pressure and temperature in engine oilsâ aging is described. The paper includes the results of experiments over time in laboratory testing of a single cylinder motorbike. The aging of engine oil causes changes to its dynamic viscosity value. The aim of this work is to evaluate changes due to temperature and pressure in viscosity of engine oil over its lifetime and to perform uncertainty analysis of the measured values. The results are presented as the characteristics of viscosity and time in various temperatures and the shear rates/pressures. This paper also includes a Computational Fluid Dynamics CFD model, applying the experimental results in the piston ring tribology problem. Adisyahputra AdisyahputraAbstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas pelumas motor 4 empat langkah di Kota Palembang khususnya di sekitaran Plaju. Sampel pelumas yang digunakan adalah sebanyak 10 sepuluh jenis, dimana masing-masing diambil dari toko kecil dan toko besar dealer. Pengujian sampel dilakukan menggunakan metode FT-IR. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kesemua jenis pelumas merupakan jenis pelumas sintetis dan tidak menunjukkan perbedaan antara pelumas yang diperoleh dari toko besar dealer dengan yang diperoleh dari toko kecil. Kata Kunci Pelumas, Metode FT-IR I. Pendahuluan Terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor menyebabkan kebutuhan akan pelumas juga turut meningkat. Tingginya kebutuhan pelumas tersebut dapat menimbulkan dampak lingkungan yang berbahaya antara lain peningkatan jumlah limbah pelumas bekas hasil aktivasi permesinan akibat adanya proses reaksi oksidasi dan dekomposisi suhu yang tinggi. Limbah pelumas bekas mengandung kotoran-kotoran logam, aditif, sisa bahan bakar dan kotoran yang lain. Limbah ini dapat diregenerasi dan dijadikan bahan dasar minyak pelumas yang baru. Meskipun pelumas bekas dapat diolah kembali untuk digunakan pada kendaraan bermotor selayaknya pelumas baru. Hal ini dapat memberikan dampak negatif jika hasil pengolahan pelumas bekas tersebut masih terdapat senyawa-senyawa oksidatif yang dapat menyebabkan keausan pada mesin kendaraan bermotor meskipun sifat fisikanya masih masuk dalam jenis pelumas yang disyaratkan. Metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dalam pelumas salah satunya adalah metode FT-IR. Pelumas berkualitas rendah bila digunakan di dalam mesin akan mudah rusak atau terdekomposisi, sehingga akan berkurang atau bahkan hilang daya lumasnya. Ketidaktahuan masyarakat awam mengenai kualitas pelumas hanya berdasarkan merek terkenal, perbandingan harga maupun rekomendasi dari produsen kendaraan bermotor tertentu saja. Pemilihan pelumas yang kurang tepat akibat ketidakpahaman tersebut dapat menyebabkan performa kendaraan bermotor selama pemakaian menjadi kurang optimal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terhadap kualitas pelumas, sehingga penggunaan pelumas yang tidak memenuhi kualitas seperti yang disyaratkan dapat dihindari. Penelitian kualitas pelumas juga bertujuan memberikan informasi yang akurat dan obyektif tentang kualitas dari beberapa merek oli yang ada di pasaran khususnya di Kota oil used in vehicles deteriorates over the period of use, due to various causes. These include, high temperatures, great variety of contaminants like carbonic acid etc [1]. Deteriorated oil must be changed periodically, to ensure smooth performance of vehicle. Changing the lubricant too early, cause inefficient use of already depleting resources, also unwanted impact on environment. However, changing the oil too late may affect vehicle performance. Hence to compromise between these two necessities, optimum oil change point must be maintenance was initially considered as more of a financial burden than as a way to preserve safety, environment and quality transportation. The benefits from applying a sound and systematic maintenance policy are emerging both in the minimisation of unnecessary downtime as well as in the increase of operational capability. In this paper, a novel predictive maintenance strategy is demonstrated, combining the existing ship operational and maintenance tasks with the advances stemming from new applied techniques. The initial step for the application of the above-mentioned strategy is also shown regarding the machinery space of a cruise ship. Well-known tools are applied such as Failure Modes, Effects and Criticality Analysis FMECA and Fault Tree Analysis FTA. Outcomes of this study are the identification of the critical components of the system, the estimation of the reliability of the overall system and sub-systems, the prioritisation of the maintenance tasks and finally the availability of the specific end events/ is disclosed are methods for making polymer-in-oil solutions, useful for improving the viscosity-temperature relationship and low-temperature properties of lubricating oils when added thereto, which methods comprise polymerizing a methacrylic acid ester of an alcohol having 8 to 18 carbon atoms onto a polyolefin polymer of an olefinic hydrocarbon monomer having 2 to 4 carbon atoms in an oil solution of the polyolefin and ester monomers, then adding further polyolefin polymer to the solution and finally graft copolymerizing a polymerizable heterocyclic compound having a basic nitrogen atom in the ring thereof onto the resulting mixed polymers as backbone polymers or , in the alternative, separately graft copolymerizing a polymerizable heterocyclic compound having a basic nitrogen atom in the ring thereof onto a first backbone polymer which is itself a graft copolymer, in an oil solution, of a methacrylic acid ester of an alcohol having 8 to 18 carbon atoms on a polyolefin polymer of an olefinic hydrocarbon monomer having two to four carbon atoms and further graft copolymerizing a polymerizable heterocyclic compound having a basic nitrogen atom in the ring thereof onto a polyolefin polymer of the type described above and then combining the two graft copolymers thus formed to produce the desired polymer-in-oil bahwa kenaikan ketersediaan energi alternatif belum dapat mengimbangipenurunan stok energi fosil, kenaikan harga bahan bakar minyak BBM di Indonesia tak harga BBM tersebut diperkirakan memberikan dampak negatif terhadap biaya operasionalusaha perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan. Makalah ini bertujuan untuk menganalisiskeragaan usaha perikanan tangkap, menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap usahaperikanan tangkap, dan merumuskan strategi kebijakan untuk mengantisipasi dampak kenaikan hargaBBM untuk jangka pendek dan menengah pada usaha perikanan tangkap. Untuk analisis-analisis ini,dipergunakan data-data sekunder yang diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu statistik perikanantangkap, laporan-laporan terkait penggunaan BBM pada kapal perikanan dan laporan-laporan dampakkenaikan harga BBM pada periode sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan 1 Kenaikan harga BBMberdampak secara langsung proses produksi, distribusi dan konsumsi usaha perikanan; 2 Pelakuusaha perikanan melakukan usaha adaptasi dalam bentuk inovasi pembiayaan, pengurangan operasikegiatan penangkapan, penggunaan kapal pengangkut dan penjualan langsung yang memberikandampak lanjutan terhadap penurunan produksi dan penurunan pendapatan; 3 Strategi kebijakanyang dapat dipertimbangkan adalah pertama, mendorong dan mempromosikan penggunaan energialternatif; kedua, mempertimbangkan daerah over fishing sebagai daerah konservasi; ketiga, penjaminanharga ikan berkualitas; dan keempat, peningkatan kapasitas sarana dan prasarana untuk penangananpasca panen. Kebijakan di hilir seperti penjaminan harga ikan berkualitas dan pengadaan sarana danprasarana untuk penanganan pasca panen direkomendasikan sebagai kebijakan kreatif yang dapatmemberikan dampak positif kepada pelaku usaha perikanan dan kinerja usaha perikanan secara Policy Anticipation to Cope With Fuel Price Dinamics inCapture FisheriesDue to the fact that the accumulating rate of alternative energies has not compensated thedecrease in stock of fossil energy, fuel price increased are unavoidable. Fuel price increases areexpected to bring negative impacts onoperationa costs of capture fisheries, aquaculture as well as fishprocessing. This paper aims to 1 analyze the status of capture fisheries, 2 the impact of fuel priceincreased on capture fisheries activity and 3 formulate policy strategies to anticipate the impacts offuel price increased in the near future and long temperiod. This analysis used secondary data that havecollected from three main sources, namely Capture Fisheries Statistics, fuel consumption documentsof fishing vessels and reports on the impact fuel price increase of past period. Results shows that 1Fuel price increase impacts directly affected to production process as well as productsdistribution andconsumption; 2 Fishing vessel operators adapted to the situation through various approaches including financial innovation, reduction in fishing activities, deploying carrier vessels, and carrying out direct selling; 3 Policystrategy options consist on several points firstly, promoting the alternative energy;secondly, converting overexploitedfishing grounds into conservation areas;thirdly, imposing quality âbased pricing policies; and fourthly, increasing thecapacity of post-harvest handlingfacilities and infrastructure. Downstream policies such as price guaranty based onfish quality and provision of post-harvest facilities and infrastructure are considered as creative policies, which canpositively impact on fisheries biaya produksi dan daya saing komoditi perikanan laut di Pasar Lokal dan Pasar EksporL O OlaOla LO. 2014. Efisiensi biaya produksi dan daya saing komoditi perikanan laut di Pasar Lokal dan Pasar Ekspor. Jurnal Bisnis Perikanan. 1 1 39-50.
Anda sekarang dapat membuat akun untuk mengelola preferensi dan mempersonalisasi pengalaman Anda di Hai ! Karena Anda sudah memiliki akun lama Caterpillar, kami telah mengaktifkan akses Anda ke secara otomatis. Hai ! dapat mengambil profil Caterpillar Anda, tetapi membutuhkan beberapa informasi tambahan yang belum Anda simpan. Tinjau profil dan berikan informasi yang belum ada. Hai ! dapat mengambil profil Caterpillar Anda, tetapi membutuhkan beberapa informasi tambahan yang belum Anda simpan. Tinjau profil dan berikan informasi yang belum ada. Produk Semua Produk Peralatan Sistem Daya Attachment Suku Cadang Semua Peralatan Backhoe Loader Bawah Tanah - Batuan Keras Bor Cold Planer Compactor Dozer Dragline Excavator Motor Grader Paver Aspal Pemasangan Pipa Road Reclaimer Rope Shovel Elektrik Shovel Tambang Hidraulik Skid Steer Loader dan Compact Track Loader Telehandler Track Loader Truk Artikulasi Truk Non Jalan Raya Wheel Loader Wheel Tractor-Scraper Semua Sistem Daya Daya Listrik Industri Marine Power System Minyak dan Gas Semua Attachment Adaptor Auger Backhoe Blade Broom Brushcutter Bucket - Backhoe Belakang Bucket - Backhoe Depan Bucket - Compact Wheel Loader Bucket - Excavator Bucket - Loader Bucket - Shovel Penambangan Bucket - Skid Steer Loader Cold Planer Compactor Coupler - Belakang Backhoe Coupler - Excavator Coupler - Loader Flail Mower Fork Gergaji Grapple Hammer Kit Teknologi Mulcher Panel Kontrol Genset Penanganan Material Penggaruk Penjepit Bal Penutup Genset Produk Terkait Salju Ripper Rotor Shear Sistem Rotasi Miring Spear Bal Stump Grinder Tangki Bahan Bakar Genset Thumb Tiller Trencher Winch Semua Suku Cadang Cat Reman Hub Utama Produk Reman - English Suku Cadang Baru - English Suku Cadang Bekas - English Industri Semua Industri Pembangkit Daya Listrik Construction Pertambangan Perlengkapan Paving Cat Solusi OEM Layanan & Dukungan Semua Layanan & Dukungan Keuangan Teknologi Perawatan Pelatihan Semua Keuangan Penawaran Saat Ini Perlindungan yang Diperluas Opsi Pembiayaan & Penyewaan Peralatan & Sumber Daya Mengapa Cat Financial Semua Teknologi Teknologi Cat Detect Teknologi Cat Grade Teknologi Cat Payload Teknologi Cat Command Semua Perawatan Perjanjian Dukungan Pelanggan Sistem partstore Layanan SOS Dukungan Produk Daya Listrik Cat Job Site Solutions Pendaftaran Garansi Engine Semua Pelatihan Pelatihan Operator Masuk Selamat datang! Masuk untuk mempersonalisasikan pengalaman Anda Jika Anda sudah memiliki akun lama dengan Aplikasi Cat lain, Anda dapat menggunakan akun yang sama untuk masuk di sini. Daftar Sekarang Satu Akun. Semua Cat. Akun Caterpillar Anda adalah satu-satunya akun yang dapat Anda gunakan untuk masuk untuk memilih layanan dan aplikasi yang kami tawarkan. Pesan suku cadang dan alat berat secara online, kelola armada Anda, gunakan aplikasi seluler, dan lainnya. Search Temukan Dealer à Arah Rincian Dealer Cari dealer lain Akun Saya Masuk Selamat datang! Masuk untuk mempersonalisasikan pengalaman Anda Jika Anda sudah memiliki akun lama dengan Aplikasi Cat lain, Anda dapat menggunakan akun yang sama untuk masuk di sini. Daftar Sekarang Satu Akun. Semua Cat. Akun Caterpillar Anda adalah satu-satunya akun yang dapat Anda gunakan untuk masuk untuk memilih layanan dan aplikasi yang kami tawarkan. Pesan suku cadang dan alat berat secara online, kelola armada Anda, gunakan aplikasi seluler, dan lainnya. Jelajahi Produk Beli Online Cari Produk Bekas Sewa Produk Kelola Peralatan Saya Lihat Solusi Keuangan Waktu operasi engine sangat penting bagi Anda, kru, klien, dan keuntungan Anda. Inilah alasan engine propulsi MaK dan Cat menggerakkan kapal ke pelabuhan mana pun. Pilihan engine terbesar di industri menyediakan keandalan yang Anda butuhkan. Caterpillar Marine memastikan kapal Anda memiliki engine terpasang yang akan bekerja sama kerasnya dengan Anda. Pilih dari berbagai macam pilihan Engine Propulsi Komersial, Engine Propulsi Kinerja Tinggi, Genset Kapal Laut, dan Engine Bantu. Tipe Peralatan 5 Item Model Baru *Price listed is Manufacturer's Suggested Retail Price, this price does not include shipping and handling, expedite charges, taxes, dealer installation costs or other dealer charges. Dealers set actual prices, including invoicing currency. The MSRP displayed is for the region selected. Pilih hingga 3 model untuk dibandingkan Model Product title Model Product title Model Product title facebook linkedin twitter youtube instagram Merek Caterpillar Cat Cat Financial Cat Reman The Cat Rental Store Cat Lift Trucks Anchor AsiaTrak FG Wilson Hindustan MaK MWM Perkins Progress Rail SEM Solar Turbines SPM Oil & Gas Turner Powertrain Systems Peta Situs Pengaturan Cookie Hukum Privasi Asia Tenggara © 2023 Caterpillar. Hak Dilindungi UU.
Apakah Anda mencari gambar tentang Gambar Sistem Pelumasan Mesin Kapal? Terdapat 46 Koleksi Gambar berkaitan dengan Gambar Sistem Pelumasan Mesin Kapal, File yang di unggah terdiri dari berbagai macam ukuran dan cocok digunakan untuk Desktop PC, Tablet, Ipad, Iphone, Android dan Lainnya. Silahkan lihat koleksi gambar lainnya dibawah ini untuk menemukan gambar yang sesuai dengan kebutuhan anda. Lisensi GambarGambar bebas untuk digunakan digunakan secara komersil dan diperlukan atribusi dan retribusi.
gambar sistem pelumasan mesin kapal